Pages

Selasa, 19 Juli 2011

TUMOR OTAK

Tumor otak bias primer (80 %), bias sekunder (20 %). Tumor primer kira-kira 50% adalah glioma, 20 % meningioma, 15 % adenoma dan 7 % neurinoma. Pada orang dewasa 60 % terletak di supratentorial, sedangkan pada anak-anak 70 % terletak di infratentorial. Tumor yang paling banyak ditemukan pada anak adalah tumor serebellum yaitu meduloblastoma dan astrositoma.
Statistik primer adalah 10 % dari semua proses neoplasma dan terdapat 3 – 7 penderita dari 100.000 orang penduduk.

Tumor primer bias timbul dari jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput myelin. Tumor sekunder berasal adalah tumor metastasis yang bias berasal dari hampir semua tumor pada tubuh. Tumor metastasis SSP yang melalui perderan darah yaitu yang paling sering adalah tumor paru-paru dan prostat, ginjal, tiroid, atau traktus digestivus, sedangkan secara perkontinuitatum masuk ke ruang tengkorak melalui foramina basis kranii yaitu infiltrasi karsinoma anaplastik nasofaring.
Pada umumnya tumor otak primer tidak memiliki kecenderungan bermetastasis, hanya satu yaitu meduloblastoma yang dapat bermetastasis ke medulla spinalis dan kepermukaan otak melalui perderan likuor serebrospinalis.
Perbandingan tumor otak primer dan metastasis adalah 4 : 1

KLASIFIKASI TUMOR :
Klasifikasi Samuels (1986) berdasarkan atas lokasi tumor, yaitu :
Tumor supratentorial
a. Hemisfer otak :
Glioma : - glioblastoma multiforme
- astrositoma
- oligodendroglioma
- Meningioma
- Tumor metastasis


b. Tumor struktur median :
- Adenoma hipofisis
- Tumor glandula pinealis
- Kraniofaringioma

Tumor infratentorial
Dewasa :
c. Schwannoma akustikus (neurilemmoma, neurinoma akustik)
d. Tumor metastasis
e. Meningioma
f. Hemangioblastoma (Von Hippel – Lindau)

Anak-anak :
a. Astrositoma serebelaris
b. Medulloblastoma
c. Ependimoma
d. Glioma batang otak

Tumor medulla spinalis
g. Ekstradural : Metastasis, Dermoid
h. Intradural :
Ekstramedular : - Meningioma
- Neurofibroma (30 %)
- Angioma
Intramedular : - Ependimoma (60 % tumor MS)
- Metastasis
Lokasi tumor primer yang disukai / hampir selalu : Ependinoma hampir selamanya berlokasi di dekat dinding ventrikel atau sentralis medulla spinalis. Glioblastoma multiforme kebanyakan di lobus parietalis. Oligodendroma kebanyakan pada lobus frontalis. Spongioblastoma di bangunan garis tengah seperti korpus kalosum atau pons.
ETIOLOGI :
Faktor etiologi yang berperan dalam timbulnya tumor otak adalah :
Bawaan (meningioma, astrositoma dan neurofibroma)
Bangunan embrional yang tersisa (kraniofaringioma, teratoma intrakranial, kordoma,.
Radiasi dengan dosis terapeutik dapat merangsang sel-sel mesenkhimal. Beberapa laporan bahwa radiasi berperan timbulnya meningioma.
Virus (virus Epstein Barr) disangka berperan dalam genesisnya “Burkitt’s lymphoma” juga karsinoma anaplastik nasofaring.
Zat-zat karsinogenik “methylcholanthrone” dan “nitro-ethyl-urea” dapat menyebabkan tumor otak primer. Demikian pula “chica dari Guam “ yang diberi oral pada kelinci.

GEJALA KLINIK
Pada tumor akan terjadi lesi desak ruang yang kronis progresif dengan segala konsekuensinya, sejalan dengan perkembangan tumor otak juga mempunyai kemampuan terbatas untuk bergeser “Elastic Property”, menggunakan semua celah yang ada untuk mendekompresi tekanan intrakranial, termasuk menyempit sampai tidak terlihatnya sistem sisterna dan sulkus dari otak bahkan sampai terajdi penipisan tulang tengkorak.
Di kalangan medis pada umumnya sudah dikenal trias gejala tumor otak yaitu nyeri kepala, muntah, dan edema papil pada pemeriksaan fundus. Tetapi sebenarnya gejala klinis tumor otak sering tidak sejelas itu, apalagi pada fase dini. Manifestasi klinis tumor otak tergantung dari beberapa faktor, antara lain : jenis dan sifat tumor, kecepatan pertumbuhan dan penyebaran, lokalisasi tumor dan kecepatan kenaikan tekanan intrakranial. Gejala itu bisa khas, tapi bisa pula kabur, sehingga bila kita tidak waspada bisa terkecoh dengan dugaan yang keliru.
Gejala Umum
Gejala umum yang terjadi disebabkan oleh gangguan fungsi cerebral akibat edema otak dan tekanan intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa berupa nyeri kepala, muntah, kejang, penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual, dan sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih lanjut.
1. Nyeri Kepala
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari setelah bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, rekuren dengan interval tidak teratur beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin sering dengan interval makin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat jika batuk, bersin, atau mengejan.
2. Muntah
Muntah bersifat tiba-tiba dan proyektil tanpa didahului mual.
3. Edema papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop. Gambarannya berupa kaburnya batas papil, warna papil menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-putus.
4. Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang kortex motorik. Kejang yang sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang sifatnya general; sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama kali pada usia dekade II dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak.
5. Gangguan mental
Gejala psikiatri tumor otak variasinya cukup banyak, berbeda-beda bagi tiap pasien walaupun diagnosisnya sama, bahkan pada seorang pasien sering kali gejalanya berubah-ubah dari waktu ke waktu. Gejala psikiatri yang sering timbul pada tumor otak antara lain :
o Gangguan fungsi intelektual
o Gangguan fungsi berbahasa
o Hilangnya daya ingat
o Gangguan emosi
o Kemunduran taraf kecerdasan
Tanda-tanda lokalisatorik yang menyesatkan
Suatu tumor intrakranial dapat menimbulkan manifestasi yang tidak sesuai dengan fungsi area yang ditempatinya. Tanda tersebut adalah :
a. Kelumpuhan saraf otak. Karena desakan tumor, saraf dapat tertarik atau tertekan. Desakan itu tidak harus langfsung terhadap saraf otak. Saraf yang sering terkena tidak langsung adalah saraf III, IV, dan IV.
b. Refleks patologis yang positif pada kedua sisi, dapat ditemukan pada tumor yang terdapat di dalam salah satu hemisferium saja.
c. Gangguan mental
d. Gangguan endokrin dapat juga timbul proses desak ruang di daerah hipofise.
Tanda-tanda lokalisatorik yang benar atau simpton fokal
Neoplasma serebral yang tumbuh di daerah fungsional dapat menyebabkan defisit serebral tertentu sebelum manifestasi hipertensi intrakranial menjadi kenyataan. Tanda-tanda lokalisatorik tersebut adalah :
a. Simptom fokal dari tumor di lobus frontalis
o Gangguan mental berupa perubahan tingkah laku, euforia
o Afasia motorik bila mengenai area Broca
o Grasp refleks
o Pada stadium lanjut bisa terjadi anosmia, gangguan visual, gangguan keseimbangan, gangguan gerakan bola mata, dan edema papil.
b. Simptom fokal dari tumor di daerah presentralis
o Kejang fokal pada sisi kontralateral
o Kelumpuhan motorik bila terjadi destruksi atau penekanan oleh tumor terhadap jalur kortikospinal
c. Simptom fokal dari tumor di lobus temporalis
o Halusinasi pembauan dan pengecapan disertai gerakan bibir dan lidah bila berada di daerah unkus
o Gangguan kesadaran sesaat, gangguan emosi berupa rasa takut/panik bila mengenai lobus temporalis bagian medial
o Berkurangnya pendengaran bila mengenai korteks bagian belakang
o Afasia sensorik bila mengenai area Wernicke
o Keadaan lanjut terjadi kelumpuhan anggota badan sisi kontralateral
o Dilatasi pupil sesisi yang menetap atau menghilangnya refleks kornea bila telah terjadi herniasi dan penekanan batang otak
d. Simptom fokal dari tumor di lobus parietalis
o Berbagai bentuk gangguan sensorik
o Lesi iritatif menimbulkan gajala parestesi (rasa tebal, kesemutan)
o Lesi destruksi menyebabkan hilangnya berbagai bentuk sensasi
o Astereognosis dan gangguan diskriminasi terhadap rangsang taktil
o Hiperestesi bila tumornya tumbuh ke arah lebih dalam
o Gangguan penglihatan sebagian
e. Simptom fokal dari tumor di lobus oksipitalis
o Gejala awal terutama nyeri kepala
o Defek lapangan penglihatan sebagian
o Lesi di hemisfer dominan terjadi visual objek agnosia, kadang-kadang tidak mengenal warna dan prosopagnosia
f. Simptom fokal dari tumor di daerah pons dan medula oblongata
o Gejala fokal permulaan berupa paresis nervus VI unilateral
o Nyeri kepala dan vertigo
o Hemiparesis alternans
g. Simptom fokal dari tumor di serebelum
o Biasanya pada anak-anak sehingga gejala awal yang menonjol adalah hidrosefalus, gangguan keseimbangan, nistagmus ke arah lesi, dan ataksia anggota badan sebelah sisi lesi
DIAGNOSIS
Evaluasi diagnostik pada penderita yang dicurigai menderita tumor otak harus dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang teliti, baik pemeriksaan status internus maupun status neurologis.
Adapun tanda-tanda fisik diagnostik pada tumor intrakranial :
1. Papil edema, dapat timbul pada tekanan intrakranial yang meningkat atau akibat penekanan pada nervus optikus oleh tumor secara langsung
2. Pada anak-anak dapat memperbesar ukuran kepal dan teregangnya sutura tekanan intrakranial yang meningkat
3. Bradikardi dan tekanan darah sistemik yang meningkat progresif akibat kompensasi terhadap iskemik di otak karena adanya tumor
4. Penurunan irama dan frekuensi pernapasan akibat tekanan intrakranial yang sangat meningkat
Selain berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis, dilakukan juga beberapa pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan foto kepala
Foto kepala sekurang-kurangnya dari 2 arah yakni AP dan lateral. Hal yang diharapkan dapat terlihat adalah :
o Pelebaran sutura; terjadi pada anak, makin muda usia anak makin cepat serta makin lebar sutura. Sutura sagital dan koronal adalah yang paling mudah melebar.
o Impressiones digitatae; terjadi bila peningkatan TIK sudah lama, sehingga gambaran kranium tampak “aspek berawan”
o Pelebaran fossa hipofisis dan destruksi endositosis, dapat timbul oleh meningioma
o Pengapuran terutama pada glioma, pinealoma
b. Angiografi
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat struktur pembuluh darah. Adanya tumor dapat diketahui dari :
o Terjadinya displacement pembuluh darah karena pendesakan oleh tumor
o Adanya neovaskularisasi serta pelebaran pembuluh darah pada tumor
o Densitas jaringan yang meninggi oleh banyaknya kontras yang masuk pada tumor dibanding daerah otak normal atau yang disebut tumor staining
Angiografi saat ini hanya dilakukan untuk membedakan antara tumor dan kelainan vaskuler, bila CT Scan meragukan, atau untuk pemeriksaan tambahan untuk melihat hubungan tumor dengan pembuluh darah sekitarnya. Bila perlu untuk tumor otak yang sangat vaskuler dapat dilakukan embolisasi prabedah sehingga operasi pengangkatan tumornya menjadi lebih mudah.
c. Pneumoencephalografi dan Ventrikulografi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikan kontras medium, baik berupa udara atau cairan ke dalam rongga otak melalui lumbal punksi atau langsung ke dalam ventrikel otak yang telah dilakukan shunting. Pemeriksaan ini sudah ditinggalkan karena teknik yang sulit serta hasilnya yang minimal.
d. Computer Tomography
Sensitivitas CT untuk mendeteksi dini massa intrakranial khususnya neoplasma cukup tinggi (80-98%). CT lebih sensitif dalam mendeteksi kalsifikasi, merupakan pemeriksaan invasif dan dapat mendeteksi kelainan sebesar 4 mm.
e. Magnetic Resonance Imaging
Terutama untuk tumor-tumor di daerah fossa posterior, karena CT Scan sukar mendiagnosis tumor otak akibat banyaknya artefak, sekalipun dengan kontras. Dengan MRI, suatu tumor dapat dengan jelas tervisualisasi melalui potongan 3 dimensi, sehingga memudahkan untuk dapat menentukan teknik operasi atau menentukan tumor tersebut tidak dapat dioperasi mengingat resiko/komplikasi yang akan timbul. Dengan melihat gambar T1 maupun T2 dapat ditentukan karakteristik suatu tumor apakah tumor tersebut padat, kistik, ada perdarahan, kalsifikasi, nekrosis, maupun lemak dan lain-lain.
PENATALAKSANAAN
Di negara maju penderita tumor otak umumnya sudah terdeteksi lebih dini, tumor relatif masih kecil dan datang dalam keadaan sadar baik. Sebaliknya di negara berkembang tidak jarang penderita datang dalam keadaan tidak sadar, sudah terjadi “impending herniation” atau bahkan herniasi sudah terjadi. Pada kasus seperti ini tindakan pertama yang dilakukan adalah melakukan dekompresi interna (terapi hiperosmolar, diuretik, dan kortikosteroid) sebelum melakukan tindakan definitf (pembedahan).
Pada dasarnya terapi tumor otak adalah :
1. Operasi
2. Terapi radiasi
3. Kemoterapi
OPERASI
Ada 4 indikasi utama dari pembedahan tumor otak yaitu :
1. Diagnosis, 2. Dekompresi, 3. Sitoreduksi, dan 4. Kalau mungkin menyembuhkan Diagnosis bisa dilakukan dengan biopsi terbuka atau biopsi sterotaktik. Hasil biopsi jaringan untuk menentukan jenis tumor, gradasinya, dan menentukan adanya tanda keganasan.
Dekompresi tumor dilakukan apabila edema dan hidrosefalus yang terjadi mengakibatkan defisit neurologis. Edema yang luas di sekitar tumor kadang-kadang sulit dikontrol dengan steroid saja. Tujuan dari “surgical decompression” adalah untuk menurunkan tekanan intrakranial, simptomatis, dan mencegah memberatnya defisit neurologis. Meskipun dekompresi ini tidak merubah hasil akhir tetapi “Life Saving Decompression” juga dikerjakan sebagai tindakan emergensi terutama pada tumor yang terletak di temporal dan fossa posterior oleh karena kecenderungan terjadinya herniasi uncus dan tonsila cerebeli. Tindakan ini bisa memperpanjang hidup beberapa bulan.
Sitoreduksi masih konteroversi belum ada penelitian yang jelas mengenai ekstensifitas reseksi tumor dengan lamanya hidup penderita. Beberapa peneliti berpendapat bahwa ada hubungan antara sitoreduksi dengan meningkatnya efektifitas terapi adjuvan oleh karena dengan sitoreduksi berarti berkurangnya jumlah sel tumor yang diterapi, meningkatnya kinetik sel, mengangkat sel hipoksik yang radio resisten dan mengangkat sel tumor yang sulit dicapai dengan kemoterapi.
Penyembuhan atau masa bebas tumor yang lama bisa dilakukan pada reseksi total dari hemangioblastoma, neurinoma akustik, juvenile astrocitic astrocytoma, adenoma hipofise, dan meningioma.
Keputusan untuk melakukan pembedahan dan reseksi tumor otak berbeda pada setiap penderita dan pada setiap tumor. Harus dipertimbangkan sebaik-baiknya keuntungan yang akan didapat oleh penderita dari operasi tersebut dengan kemungkinan defisit neurologis yang akan terjadi opersai tersebut. Faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisa untung ruginya tindakan pembedahan yang dilakukan adalah :
 Lokasi tumor adalah faktor utama, misalnya tumor yang letaknya pada kortek dominan, hipotalamus, batang otak, sinus karvenosus dan tumor otak intrinsik dari chiasma optikum tidak perlu dilakukan reseksi total. Tumor ganas mempunyai batas yang tidak jelas dan lebih luas dari pada apa yang terlihat dengan mata biasa. Bila reseksi total tidak dapat dilaksanakan, maka biasanya dilakukan pembuangan inkomplit untuk dekompresi. Tindakan ini seringkali dilaksanakan dengan cara “Suction” (penyedotan). Untuk tumor di fossa posterior, dilakukan “splitting” (pemisahan) korteks serebelum, biasanya vermis dan dilaksanakan suction untuk membersihkan tumor. Pembedahan pada meningoma biasanya sulit dilakukan karena sering terjadi perdarahan dan menyebabkan edema serebral. Pembedahan yang ideal pada tumor hipofisis dilakukan pengangkatan tumor beserta kapsulnya, namun pada kenyataannya kapsula tumor dibuka dan tumor dikuret atau disedot. Pembersihan atau pembuangan tumor ini sering inkomplit, tapi dekompresi chiasma dan nervus optikus dapat tercapai. Bila tumor menyebabkan hidrosefalus akibat obstruksi ventrikel III atau akuaduktus maka biasnya dilakukan ventrikulosisternotomy dengan cara memasang tube dari ventrikel lateral ke sisterna magna.
 Ukuran tumor dan jumlah tumor, analisis yang terliti dari pemeriksaan radiologi bisa memberikan gambaran apakah tumornya infiltratif atau berdiferensiasi baik sehingga sangat resektabilitas tumor.
 Status neurologis preoperatif penderita merupakan faktor yang sangat penting pada penderita dengan defisit neurologis yang berat oleh karena tumor yang besar perlu tindakan dekompresi segera. Defisit neurologis oleh karena pertumbuhan infiltratif dari tumor biasanya permanen dan tidak reversibel setelah operasi, kecuali kalau kejadiannya baru. Reseksi yang agresif kadang-kadang menyebabkan defisit neurologis justru bertambah setelah penderita dioperasi.
 Kalau tumor multipel maka perlu pemeriksaan neurologis klinis yang seksama untuk menentukan tumor yamg memberikan gejala yang lebih dominan untuk diangkat terlebih dahulu kalau tidak mungkin mengangkat tumor sekaligus.
 Kondisi umum dan umur penderita juga sangat menentukan strategi penanganan penderita.
 Komplikasi yang dapat terjadi pada tindakan bedah antara lain edema otak, perdarahan, hidrosefalus postoperatif, dan infeksi postoperatif.
TERAPI RADIASI
Pada kasus-kasus yang tidak lagi resektabel atau tidak layak operasi atau pun menolak operasi maka radioterapi harus berperan sebagai modalitas tunggal. Kasus ini terjadi pada tumor yang letaknya sentral, pada batang otak, ventrikel III, dan pada tumor metastatik.
Sebagai terapi kombinasi maka radioterapi pada pengobatan tumor intrakranial dilakukan setelah pembedahan, yakni bertujuan untuk mengeradikasi sisa-sisa sel tumor yang masih tertinggal baik secara mikroskopik dan bila mungkin juga untuk tumor yang masih tampak Tindakan adjuvan dilakukan pada astrositoma multiforme, ependimoma, oligodendroglioma, dan kraniofariongioma.
Radioterapi mulai diberikan 2 minggu postoperasi. Area yang diradiasi dan arah sinarnya tergantung dari lokasi tumornya. Untuk tumor yang luas dan besar, dosis radiasi mula-mula diberikan 100 rad 2-3 kali, kemudian disusul 150 rad 2-3 kali, seterusnya dosis harian bisa 200 rad 1 minggu 5 kali atau 300 rad 1 minggu 3 kali. Pemberian radiasi ini dibarengi dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi yang secara bertahap diturunkan. Hal ini untuk mengurangi edema otak. Dosis total antara 4000-6300 rad tergantung dari jenis histopatologis sel maupun luas tumor.
Komplikasi radiasi pada SSP terdiri dari :
o Akut (komplikasi radiasi akut) terjadi pada saat pemberian radiasi. Biasanya berupa udem dari otak.
o Awal post radiasi (early post irradiation syndrome) terjadi beberapa minggu sampai 3-4 bulan setelah selesai radiasi. Biasanya berupa demyelinisasi yang bersifat temporer.
o Late reaction (reaksi lanjut) terjadi 4 bulan setelah selesai radiasi sampai 5 tahun setelah radiasi. Biasanya berupa nekrosis jaringan otak atau infark karena penutupan pembuluh darah.
KEMOTERAPI
Pada umumnya kemoterapi diberikan pada pasien tumor otak yang inoperabel dan biasanya dikombinasikan dengan radioterapi. Sitostatika yang mempunyai respons baik dan memberikan hasil yang baik bila dikombinasikan dengan radioterapi adalah dari golongan nitrosurea yaitu BCNU dan CCNU yang merupakan alkylating agents yang berfungsi meningkatkan perbaikan DNA dan menurunkan transpor ke dalam DNA. Selain obat golongan alkylating agents, dapat juga digunakan sitostatika lain yang juga dilaporkan cukup bermanfaat dalam pengobatan tumor otak, seperti : Vincristin, Cyclophosphamid, dan Methotrexate. Dapat juga dilakukan kombinasi sitostatika untuk mencegah resistensi.